Saturday 1 November 2008

polyester embassy - Tragicomedy album review



Polyester embassy adalah band indie eksperimental rock asal bandung yang pada akhir 2006 lalu mengeluarkan album full lenght perdana mereka yang diberi nama Tragicomedy, yang diambil dari nama band rekan mereka. Album ini di rilis oleh FFWD records Bandung.
Album ini berisi 9 track dengan durasi total 46:06 menit. Seperti band - band eksperimental rock lainnya. LAgu - lagu di album ini benar - benar guitar based dengan suara vokal yang diminimalisir. Suara gitar yang ber-layer2 menjadi ciri khas di album ini.

Sejak pertama saya mendengarkan album ini, yang dibuka oleh nomor 'Orange is yellow', saya langsung terpikir bahwa album ini tidak akan membosankan dan akan menjadi salah satu playlist favorit saya. Dan itu memang terbukti. Kolaborasi layer - layer gitar melodi dan cabikan - cabikan bas membuka album ini dengan megah. Belum lagi dipadukan dentuman drum yang penuh improvisasi dan suara background yang gelap. 'Orange is yellow' berhasil menjadi pembuka album ini yang siap mengantarkan anda bertravelling ke dunia musik ala mereka. Nomor ini tanpa terasa berdurasi 7:13 (lumayan panjang), tapi masih terasa pendak karena benar - benar menghanyutkan.
Nomor kedua 'Faded Blur' melanjutkan aksi mereka.Dengan suara - melody yang lebih tinggi dan dengan tempo yang cepat seakan - akan ingin membawa pendengar untuk bertravel lebih cepat mengarungi alam semesta.
Ketiga, 'Good Feeling'dimainkan dalam tempo yang sedikit diturunkan namun tetap menggebrak, mungkin untuk menjaga tempo dan memainkan feel pendengar. Saya suka dengan melody2 piano or key board dinomor ini.
Selanjutnya, 'Blue Flashing Light'. Suara - suara synthesiser begitu mencekam dan mendominasi di sepanjang nomor ini.
'The answer is no'nomor kelima di album ini. Hampir mirip dengan nomor pertama, denan melodi - melodi yang susah di tebak. Liar dan penuh improvisasi. Ini nomor yang sangat saya suka.
'You'll be gone'di buka dengan permainan piano dan melody gitar yang saling bersahutan. Ini nomor yang menurut saya agak monoton,saya tidak mendapatkan feel seperti nomor2 sebelumnya, suara backing vocal 'aahhh aahhh' pada reff-nya lumayan mengganggu bagi saya.
Nomor ketuju adalah "Ruins', yang menjadi tagline pada kaos band ini yang saya beli beberapa waktu lalu. Suara gitar akustik membuka lagu ini dengan slow dan kesan down atau depresi oleh suara background yang begitu gelap. Durasi nya cukup panjang juga, 7:04 menit. Dengan pelan tapi pasti nomor ini terus mengantarkan pendengar sampai klimaksnya diakhir track dengan melodi layer - layer hitar yang begitu kaya dan apik. Ini nomor favorit saya juga. Kali ini suara 'ahhh...ahhh' backing vocalnya saya rasa tepat, menambah kesan megah. Dan akhirnya ditutup dengan indah kembali oleh suara akustih yang slow.
Nomor ke delapan ini adalah nomor yang paling dinanti - nanti bagi mereka yang sudah kenal dan lama mendengarkan Polyester Embassy, 'Polypanic Room' menjadi hits di album perdana mereka (setidaknya bagi saya). Suara cabikan bass ala Tomo dengan tempo cepat membuka track ini dengan garang. disambut melogi2 gitar yang berlayer2 dan dentuman drum yang tak biasa. Luar biasa,menurut saya nomor ini menjadi klimaks di album perdana polyester embassy ini. I'm speechless while hearing to this sound.
Album ini ditutup dengan indah dengan nomor lulaby yang mellow yaitu 'Home'. Ini nomor hasil kolaborasi Polyester dengan Alphawaves, side projectnya sang vokalis Elang dengan Dina Delyana Homogenic.
Dari segi musikalitas, menurut saya album ini tidak perlu diragukan lagi. Improvisasi di setiap nomor di album ini benar-benar tak terduga.Originalitasnya juga patut dihargai. Masih sedikit musisi kita yang mengusung scene rock eksperimental seperti ini, apalagi ditengah dunia musik Dalam negeri yang lebih mementingkan komersialitas dari pada kualitas.
Dari segi lirik album ini juga sangat kaya dan tidak dangkal, puitis tanpa harus menggombal. Sederhana tapi tak terpikirkan sebelumnya. Seperti pada 'Polypanic Rooms', pada reff nya : "I love you like I love The Sunrise in the morning"
Yang jadi sedikit catatan atau uneg - uneg saya mungkin adalah suara vocal si Elang yang terlalu di depressed atau hidden, jadi terkadang mengganggu dan tidak jelas. Tapi memang begitulah rock esperimental yang gitar based.
After all, saya rasa album ini layak dimiliki dan di dengarkan oleh mereka yang suka Mew, Muse, Radiohead sampai My Blooddy Valentine. Atau juga bagi mereka yang sudah bosan dengan lagu – lagu mainstream Indonesia yang menye-menye ga jelas itu. Polyester siap menemani anda melakukan space travelling melalui album ini. So, bagi yang belum punya buruan cari (dan beli), mungkin di uquarius masih ada, atau bagi yang di Bandung bisa langsung ke Fast Forward atau Monic House di jalan Setia Budi (kalau ga salah atau belum pindah). Saya penasaran dengan Album kedua mereka, kabarnya mereka lagi mempersiapkan untuk album kedua. Mudah2an saja dalam waktu dekat ini. At last, Two thumps up for this album.

2 comments: