Monday, 2 November 2009
Saturday, 31 October 2009
Menginap Gratis Dimana Saja
Di jaman internet ini, bumi seperti mengecil. Orang di seluruh dunia dibawa lebih dekat berkat internet. CouchSurfing adalah salah satu proyek yang membawa penduduk bumi lebih dekat satu sama lain. Proyek ini membuka kesempatan bagi anggotanya untuk jadi tuan rumah dan jadi tamu di rumah masing-masing ketika mengunjungi negara anggota lain. Seperti dikutip dari tujuan proyeknya: "CouchSurfing menghubungkan orang dan wilayah, menciptakan pertukaran yang bernilai pendidikan, meningkatkan kesadaran bersama, menyebarkan toleransi dan mendukung pengertian kebudayaan." Kedengaran serius dan rumit, tapi intinya CouchSurfing ingin menyatukan dan menciptakan pertemanan antara anggotanya di seluruh dunia.
Cara kerja CouchSurfing sederhana, kamu cukup mendaftarkan diri dan mengisi semua informasi yang mereka minta. Bila kamu akan berkunjung ke suatu tempat, kamu bisa mencari anggota lain yang bersedia menjadi tuan rumah untukmu dan sebaliknya kamu bakal dihubungi oleh anggota lain yang ingin "berkunjung" ke rumahmu.
Jadi di situs ini berkumpul orang2 yang mau menyediakan tempat bagi para backpaker (surfer) yang akan mengunjungi suatu tempat dan bagi yang sedang mencari tempat menginap(Couch). Kamu bisa melihat profil calon host yang akan anda kunjungi, mulai dari track recordnya dalam menerima tamu,personilitynya, apakah dia merokok atau tidak, dimanakah anda akan di tempatkan, apakaah di private bed room, atau berbagi ruangan dengannya. Si calon Host juga bisa melihat dulu profil si calon tamunya.
Bahkan banyak juga yang akhirnya travelling karena ingin mengunjungi orang yang dulu pernah menginap di rumahnya. Dengan sistem referensi, kita bisa melihat bagaimana track record calon host atau calon pengunjung kita terlebih dahulu sehingga kemungkinan terjadinya hal2 yang tidak diinginkan dapat diperkecil.
Bagaimana? Tertarik untuk bergabung walaupun sekedar untuk menambah teman? Apalagi di negara kita yang besar, Couchsurfing ini juga bisa berguna bila mengunjungi daerah lain. Jadi jangan takut kalau anda sedang bertravelling di luar negeri dan uang lag seret buat nginap,tinggal search teman couchsufing yang sudah tersebar di barbagai pelosok dunia ini, anda juga bisa memilih kriteria orang yang mau anda kunjungi.
Di Couchsurfing bukan hanya tempat mencari tempat nginap,tapi juga bisa mencari teman untuk di ajak jalan atau bahkan menjadi guide anda ketika anda mengunjungi suatu kota.
The world is smaller than you think. Happy couchsurfing and travel safe!
Labels:
Sharing Info,
travelling
Monday, 28 September 2009
Bukan Pasar Malam Review
Ini adalah salah satu karya Pramoedya yang dilarang beredar oleh rezim pemerintah orde baru dulu. Hal ini juga yang membuat banyak orang termasuk saya penasaran untuk membacanya.
Novel ini mengisahkan perjalanan seorang anak revolusi yang pulang kampung karena ayahandanya jatuh sakit. Dari seputaran perjalanan itu, terungkap bebertapa potong puing gejolak hati yang teka pernah teranggap dalam gebyar-gebyar revolusi.
Dikisahkan bagaimana keperwiraan seseorang dalam revolusi pada akhirnya melunak ketika dihadapkan pada kenyataan sehari-hari: ia menemukan ayahnya yang seorang guru yang penuh bakti tergolek sakit karena TBC, anggota keluarganya yang miskin, rumah tuanya yang sudah tidak kuat lagi menahan arus waktu, dan menghadapi istri yang cerewet.
Berpotong-potong kisah itu diungkapkan dengan sisa-sisa kekuatan jiwa yang berenangan dalam jiwa seorang mantan tentara muda revolusi yang idealis. Lewat tuturan yang sederhana dan fokus, tokoh "aku" dalam roman ini tidak hanya mengritik kekerdilan diri sendiri, tapi juga menunjuk muka para jendral atau pembesar negeri paskakemerdekaan yang hanya asyik mengurus dan memperkaya diri sendiri.
Di novel ini, Pram tidak memakai nama sama sekali. hanya: saya, istri, bapak, adik, tetangga, dll. Banyak detail bermakna, melalui penggambaran ruang dan kurun waktu yang spesifik, melalui setting cerita. novel yang memperlihatkan gaya khasnya.
Relasi antara orang tua dan anak memang selalu menjadi topik yang menarik untuk diceritakan. Konflik yang terjadi diantaranya seringkali terjadi tanpa maksud menyakiti pihak lainnya, namun yang terjadi sebaliknya. Alhasil banyak sekali tindakan-tindakan yang dilakukan untuk "menebus dosa".
Seperti halnya, ketika sang Ayah yang sedang di ujung hidupnya secara terus menerus meminta es yang sebenarnya dilarang secara medis, sang anak akan terus mengupayakannya. Atau ketika sang Ayah yang merelakan anak sulungnya untuk kembali bekerja yang berarti meninggalkannya lagi.
Bagaimana manusia ini hidup dipenuhi dengan berbagai konflik peran. Sang Aku di buku ini harus menjadi seorang anak, kakak, keponakan, suami sekaligus pekerja yang baik.
Bagaimana hidup manusia ini seakan hanya terdiri dari rentetan ketidakpuasan. Sehingga, untuk menjadi manusia yang bahagia, kita harus menerima ketidakpuasan tersebut dan bukan menggumulkannya sebagai kisah tanpa ujung.
Dan bahwa teman atau lawan tidaklah mudah didefinisikan. Sang Ayah bekerja dengan Belanda namun sekaligus menjadi pimpinan gerilya. Sang tetangga yang meminta dan menerima bantuan, namun sekaligus menginginkan kejatuhan sang penolong. Sang idealis yang menjadi kapitalis karena tergiur kekuasaan...
Lantas, kehidupan dan kematian yang sebenarnya hanyalah siklus alami yang harus dialami setiap manusia. Lahir sendiri dan meninggal sendiri. Abu menjadi Abu.
Labels:
book review
Saturday, 26 September 2009
Standing still
Sudah hampir setahun blog saya ini ditinggal tanpa ada tulisan2 terbaru. Sudah seperti lahan tidur saja yang tidak sempat digarap oleh pemiliknya. Agak susah memang untuk mengelola sebuah blog atau personal website. Harus disiplin menyisihkan waktu untuk update tulisan dan rajin menuangkan pikiran2 kedalam sebuah tulisan.
Labels:
my story
Saturday, 1 November 2008
polyester embassy - Tragicomedy album review
Polyester embassy adalah band indie eksperimental rock asal bandung yang pada akhir 2006 lalu mengeluarkan album full lenght perdana mereka yang diberi nama Tragicomedy, yang diambil dari nama band rekan mereka. Album ini di rilis oleh FFWD records Bandung.
Album ini berisi 9 track dengan durasi total 46:06 menit. Seperti band - band eksperimental rock lainnya. LAgu - lagu di album ini benar - benar guitar based dengan suara vokal yang diminimalisir. Suara gitar yang ber-layer2 menjadi ciri khas di album ini.
Sejak pertama saya mendengarkan album ini, yang dibuka oleh nomor 'Orange is yellow', saya langsung terpikir bahwa album ini tidak akan membosankan dan akan menjadi salah satu playlist favorit saya. Dan itu memang terbukti. Kolaborasi layer - layer gitar melodi dan cabikan - cabikan bas membuka album ini dengan megah. Belum lagi dipadukan dentuman drum yang penuh improvisasi dan suara background yang gelap. 'Orange is yellow' berhasil menjadi pembuka album ini yang siap mengantarkan anda bertravelling ke dunia musik ala mereka. Nomor ini tanpa terasa berdurasi 7:13 (lumayan panjang), tapi masih terasa pendak karena benar - benar menghanyutkan.
Nomor kedua 'Faded Blur' melanjutkan aksi mereka.Dengan suara - melody yang lebih tinggi dan dengan tempo yang cepat seakan - akan ingin membawa pendengar untuk bertravel lebih cepat mengarungi alam semesta.
Ketiga, 'Good Feeling'dimainkan dalam tempo yang sedikit diturunkan namun tetap menggebrak, mungkin untuk menjaga tempo dan memainkan feel pendengar. Saya suka dengan melody2 piano or key board dinomor ini.
Selanjutnya, 'Blue Flashing Light'. Suara - suara synthesiser begitu mencekam dan mendominasi di sepanjang nomor ini.
'The answer is no'nomor kelima di album ini. Hampir mirip dengan nomor pertama, denan melodi - melodi yang susah di tebak. Liar dan penuh improvisasi. Ini nomor yang sangat saya suka.
'You'll be gone'di buka dengan permainan piano dan melody gitar yang saling bersahutan. Ini nomor yang menurut saya agak monoton,saya tidak mendapatkan feel seperti nomor2 sebelumnya, suara backing vocal 'aahhh aahhh' pada reff-nya lumayan mengganggu bagi saya.
Nomor ketuju adalah "Ruins', yang menjadi tagline pada kaos band ini yang saya beli beberapa waktu lalu. Suara gitar akustik membuka lagu ini dengan slow dan kesan down atau depresi oleh suara background yang begitu gelap. Durasi nya cukup panjang juga, 7:04 menit. Dengan pelan tapi pasti nomor ini terus mengantarkan pendengar sampai klimaksnya diakhir track dengan melodi layer - layer hitar yang begitu kaya dan apik. Ini nomor favorit saya juga. Kali ini suara 'ahhh...ahhh' backing vocalnya saya rasa tepat, menambah kesan megah. Dan akhirnya ditutup dengan indah kembali oleh suara akustih yang slow.
Nomor ke delapan ini adalah nomor yang paling dinanti - nanti bagi mereka yang sudah kenal dan lama mendengarkan Polyester Embassy, 'Polypanic Room' menjadi hits di album perdana mereka (setidaknya bagi saya). Suara cabikan bass ala Tomo dengan tempo cepat membuka track ini dengan garang. disambut melogi2 gitar yang berlayer2 dan dentuman drum yang tak biasa. Luar biasa,menurut saya nomor ini menjadi klimaks di album perdana polyester embassy ini. I'm speechless while hearing to this sound.
Album ini ditutup dengan indah dengan nomor lulaby yang mellow yaitu 'Home'. Ini nomor hasil kolaborasi Polyester dengan Alphawaves, side projectnya sang vokalis Elang dengan Dina Delyana Homogenic.
Dari segi musikalitas, menurut saya album ini tidak perlu diragukan lagi. Improvisasi di setiap nomor di album ini benar-benar tak terduga.Originalitasnya juga patut dihargai. Masih sedikit musisi kita yang mengusung scene rock eksperimental seperti ini, apalagi ditengah dunia musik Dalam negeri yang lebih mementingkan komersialitas dari pada kualitas.
Dari segi lirik album ini juga sangat kaya dan tidak dangkal, puitis tanpa harus menggombal. Sederhana tapi tak terpikirkan sebelumnya. Seperti pada 'Polypanic Rooms', pada reff nya : "I love you like I love The Sunrise in the morning"
Yang jadi sedikit catatan atau uneg - uneg saya mungkin adalah suara vocal si Elang yang terlalu di depressed atau hidden, jadi terkadang mengganggu dan tidak jelas. Tapi memang begitulah rock esperimental yang gitar based.
After all, saya rasa album ini layak dimiliki dan di dengarkan oleh mereka yang suka Mew, Muse, Radiohead sampai My Blooddy Valentine. Atau juga bagi mereka yang sudah bosan dengan lagu – lagu mainstream Indonesia yang menye-menye ga jelas itu. Polyester siap menemani anda melakukan space travelling melalui album ini. So, bagi yang belum punya buruan cari (dan beli), mungkin di uquarius masih ada, atau bagi yang di Bandung bisa langsung ke Fast Forward atau Monic House di jalan Setia Budi (kalau ga salah atau belum pindah). Saya penasaran dengan Album kedua mereka, kabarnya mereka lagi mempersiapkan untuk album kedua. Mudah2an saja dalam waktu dekat ini. At last, Two thumps up for this album.
Labels:
Musik
Subscribe to:
Posts (Atom)