Monday 28 September 2009

Bukan Pasar Malam Review




Ini adalah salah satu karya Pramoedya yang dilarang beredar oleh rezim pemerintah orde baru dulu. Hal ini juga yang membuat banyak orang termasuk saya penasaran untuk membacanya.

Novel ini mengisahkan perjalanan seorang anak revolusi yang pulang kampung karena ayahandanya jatuh sakit. Dari seputaran perjalanan itu, terungkap bebertapa potong puing gejolak hati yang teka pernah teranggap dalam gebyar-gebyar revolusi.

Dikisahkan bagaimana keperwiraan seseorang dalam revolusi pada akhirnya melunak ketika dihadapkan pada kenyataan sehari-hari: ia menemukan ayahnya yang seorang guru yang penuh bakti tergolek sakit karena TBC, anggota keluarganya yang miskin, rumah tuanya yang sudah tidak kuat lagi menahan arus waktu, dan menghadapi istri yang cerewet.

Berpotong-potong kisah itu diungkapkan dengan sisa-sisa kekuatan jiwa yang berenangan dalam jiwa seorang mantan tentara muda revolusi yang idealis. Lewat tuturan yang sederhana dan fokus, tokoh "aku" dalam roman ini tidak hanya mengritik kekerdilan diri sendiri, tapi juga menunjuk muka para jendral atau pembesar negeri paskakemerdekaan yang hanya asyik mengurus dan memperkaya diri sendiri.

Di novel ini, Pram tidak memakai nama sama sekali. hanya: saya, istri, bapak, adik, tetangga, dll. Banyak detail bermakna, melalui penggambaran ruang dan kurun waktu yang spesifik, melalui setting cerita. novel yang memperlihatkan gaya khasnya.

Relasi antara orang tua dan anak memang selalu menjadi topik yang menarik untuk diceritakan. Konflik yang terjadi diantaranya seringkali terjadi tanpa maksud menyakiti pihak lainnya, namun yang terjadi sebaliknya. Alhasil banyak sekali tindakan-tindakan yang dilakukan untuk "menebus dosa".

Seperti halnya, ketika sang Ayah yang sedang di ujung hidupnya secara terus menerus meminta es yang sebenarnya dilarang secara medis, sang anak akan terus mengupayakannya. Atau ketika sang Ayah yang merelakan anak sulungnya untuk kembali bekerja yang berarti meninggalkannya lagi.

Bagaimana manusia ini hidup dipenuhi dengan berbagai konflik peran. Sang Aku di buku ini harus menjadi seorang anak, kakak, keponakan, suami sekaligus pekerja yang baik.

Bagaimana hidup manusia ini seakan hanya terdiri dari rentetan ketidakpuasan. Sehingga, untuk menjadi manusia yang bahagia, kita harus menerima ketidakpuasan tersebut dan bukan menggumulkannya sebagai kisah tanpa ujung.

Dan bahwa teman atau lawan tidaklah mudah didefinisikan. Sang Ayah bekerja dengan Belanda namun sekaligus menjadi pimpinan gerilya. Sang tetangga yang meminta dan menerima bantuan, namun sekaligus menginginkan kejatuhan sang penolong. Sang idealis yang menjadi kapitalis karena tergiur kekuasaan...

Lantas, kehidupan dan kematian yang sebenarnya hanyalah siklus alami yang harus dialami setiap manusia. Lahir sendiri dan meninggal sendiri. Abu menjadi Abu.

5 comments:

  1. Kodes, nyari bukunya dimana itu???

    ReplyDelete
  2. saya jg sudah baca

    ReplyDelete
  3. get the book at pitimooss http://www.facebook.com/home.php?#/pages/Bandung-Indonesia/pitimoss-funlibrary/119675405625?ref=ts

    ReplyDelete
  4. ada di pitimoss dago sepp:-)
    ak jg minjem

    ReplyDelete